Sejarah Songket Palembang

Posted by Songket 06/04/2021 0 Comment(s)

Pengertian Songket

 

Pengertian orang tentang songket adalah kain yang di tenun dengan menggunakan benang emas atau benang peerak dan di hasilkan dari daerah- daerah tertentu saja. Seperti songket Palembang, songket Minangkabau, songket Samarinda dan lain- lain. Kata songket berasal dari kata sungkit. dan kata kerja menjungkit benang.

 

Sedangkan kalau dilihat dari arti khusus nya sendiri, sungkit adalah jarum dari tulang di pergunakan untuk menyulam. Kain sungkit adalah kain yang di sulam. Sedangkan bersungkit berarti menusukkan, menembus atau memasukkan benang. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sekitar abad 11 setelah runtuh nya kerajaan Melayu, memegang posisi perdagangan laut dan hagemoni perdagangan dengan luar negeri. Konon kabar nya pada sekitar abad kedelapan, kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan kaya raya, sehingga emas sebagai logam mulia melimpah ruah. Sebagian emas itu kemudian dikirim ke negara Siam, dimana di negara tersebut emas tadi di olah dan di jadikan benang emas untuk kemudian dikirim kembali ke kerajaan Sriwijaya. 

 

Dalam hubungan nya dengan benang emas, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa benang emas itu sendiri sebagai benang yang diimport atau di datangkan dari Cina, dari kota Canton bersamaan dengan didatangkan nya juga benang sutera nya. Sejarah dan kebudayaan Palembang tampak bahwa kejayaan masa lampau tercermin salah satu nya dalam unsur- unsur kebudayaan antara lain dalam pakaian adat, rumah adat, bentuk ukiran dalam ukiran kayu, logam emas, perak dan sebagai nya. Emas yang melimpah ruah ketika jaman kerajaan dulu tercermin dari penggunaan emas dalam tenunan kain songket dan arti emas dalam bentuk rumah adat limasan.

 

Masyarakat Palembang dulu sebelum Perang Dunia II membuat kain songket yang asli dengan benang emas murni dan benang tersebut berasal dari emas murni empas belas karat. Itu sebab nya ketika kain sutera dasar kain nya menjadi lapuk karena usia nya yang cukup kuno, maka benang emas ini di tarik dari kain yang sudah lapuk tersebut lalu menenun nya kembali pada sutera yang baru. Karena kain songket dengan kualitas yang terkenal tersebut, yang disebut dengan benang emas cap jantung. Maka, tenun songket asli disebut songket jantung atau songket cabutan. Karena cabutan dari benang yang sudah lama.

 

Di Palembang kain songket di bedakan antara songket dengan desain benang emas yang penuh dimana disebut Songket Lepus dan songket dengan desain benang emas yang tersebar disebut dengan Songket Tawur yang berarti dengan benang emas yang bertabur atau berserak. Songket memang erat hubungan nya dengan wanita, hal ini tampak dengan banyak nya motif bunga yang diterapkan. Seperti bunga mawar, bunga melati, bunga tanjung, dan lain- lain. Setiap motif memiliki arti yang terkandung di dalam nya, seperti mawar yang mempunyai arti perlambangan sebagai penawar malapetaka. Motif melati melambangkan kesucian dan sopan santun. Bunga tanjung yang berarti keramah- tamahan sebagai nyonya rumah sebagai lambang ucapan selamat datang.

 

Menurut Yudhy Syarofie dalam Songket Palembang- Nilai Filosofi, Jejak, Sejarah dan Tradisi, "Warna pada kain songket mencerminkan status sosial dari si pemakai pada waktu ketika itu, seperti kain songket warna hijau, merah dan kuning itu dipakai oleh janda. Sedangkan warna yang cerah melambangkan bahwa mereka ingin menikah lagi. Warna merah dan emas terang sebagai warna yang menjadi ciri khas songket pada masa perkembangan awal dua warna tradisi Cina. Dari tinjauan semiotik, warna ini mengandung dua makna. Merah bermakna berani, sedangkan kuning (emas) bermakna kekayaan, kejayaan dan kemakmuran."

 

Di dalam penggunaan kain songket Palembang yang agung dan mahal, kain songket ini menjadi harta pusaka dan diturun temurunkan. Penyimpanan kain songket sama bernilai nya dengan menyimpan uang milik satu keluarga. Kemewahan songket lepus menunjukkan kedudukan yang tinggi dari si pemakai. Bahkan dulu songket lepus dalam pakaian adat disebut Aesan Gedeh yang dulu khusus nya di pakai oleh Putera Puteri raja dalam upacara kebesaran. Karena songket dibuat dilingkungan keraton oleh orang- orang keraton, pemakai dan pemakaian nya sesuai dengan cara membuat motif dan teknik pendesain nya. Untuk tiap lembar songket yang dibuat, tiap kembang nya yang tertata, selalu ada filsafat, ada kehendak yang ingin disampaikan. Tiap desain songket tak hanya memiliki arti estetis. Lebih dalam lagi, ada filosofi yang kuat dan dalam untuk tiap detail nya.

 

Secara umum, nilai filosofis ketatanegaraan, politik dan pertahanan itu, tergambar lewat rangkaian motif yang terdapat di songket. Hingga kini, meski telah ada perubahan, baik akibat modifikasi maupun ketidaktahuan- rangkaian detail itu masih dipakai. Ibaratnya, kerangka detail motif itu telah menjadi pakem pada songket. Secara garis besar. motif dalam songket terdiri atas kembang tengah sebagai motif inti, kembang ini kemudian secara berturut-  turut dari lingkar terdalam hingga terluar, dikelilingi ombak, umpak bongkot atau pangkal, tawur, pengapit, umpak ujung dan tretes. Motif yang mengelilingi kembang tengah ini memiliki filosofi yang dapat memberikan bagaimana sifat, kondisi dan kebijakan negara dalam bidang tatanegara, politik dan pertahanan.

 

Sumber : Syarofie, Yudhy. Songket Palembang. Nilai Filosofi, Jejak Sejarah dan Tradisi. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Palembang.